Saturday, March 31, 2012

Semua Berawal dari Mimpi (Part I)

Semuanya berawal dari mimpi. Bahkan persahabatan yang kita bangun semakin berkembang karena keberadaan mimpi kita. Saya selalu ingat dengan kata-kata salah seorang dosen saya saat membimbing saya kuliah. Beliau selalu mendorong kami para mahasiswa untuk selalu bermimpi. Beliau mengatakan "Untuk apa takut bermimpi? Lagian kan mimpi tuh gratis. Masa yang gratis aja gak dimanfaatin." Ya kurang lebih itulah kata-kata beliau. Mungkin saya memang tipe orang yang belum memiliki semangat sekuat baja. Pastinya seseorang yang ingin mewujudkan sesuatu dalam kehidupannya tidak terlepas dari batu sandungan besar dalam hidupnya. Bahkan tidak jarang yang menyerah di tengah jalan saat dia berjuang meraih mimpinya. Semoga saja saya bisa menjadi bagian dari mereka yang terus mampu mengobarkan semangat untuk meraih semua mimpi.
Selanjutnya saya ingin menceritakan sedikit mengenai perjuangan saya dengan salah satu sahabat terbaik saya yang selalu memotivasi saya dan memberikan energi positif ke dalam diri saya. kami memulai persahatan kami semenjak duduk di bangku kuliah. Semenjak dulu saya mengenalnya dia memang sosok yang cerdas dan selalu semangat. Kami lulus bersama saat kuliah S1 dulu. Kemudian mulai berjuang dengan takdir kami masing-masing, yang sebetulnya belum jauh berbeda. Kami bekerja sebagai pengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar di kota kami Bandung. Hanya saja yang membedakan adalah jenjang pendidikan yang kami ajar dan unit tempat kami mengajar. Dan sahabat saya ini dia sudah lebih lama bekerja disana dibandingkan dengan saya yang baru masuk saat mendekat ujian sidang. Dengan niatan agar megantisipasi menjadi pengangguran saat lulus kuliah.  Setelah melewati masa kerja disana cukup lama, Kami sempat sharing dan mulai merasa bahwa kami tidak berkembang dan sepertinya kecil kemungkinan kami untuk berkembang disana. Jujur saya mulai merasa tidak nyaman setelah 1 tahun bekerja disana. Mungkin karena saya merasa pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan kepribadian saya. Saya merasa bahwa saya mampu untuk lebih dari saat itu. Selain itu juga kepribadian saya yang cukup bebas dan berjiwa pemimpin (narsis dikit :p) membuat saya tidak betah berada di bawah perintah orang lain dan pekerjaan yang hanya di batasin oleh sekat-sekat ruangan berukuran tidak terlalu besar. 
Sebenarnya saya punya mimpi untuk melanjutkan kuliah S2 saat itu. Tapi mimpi tersebut harus saya tunda karena orang tua tidak bisa membiayai kuliah S2 saya dengan alasan saya sudah cukup dewasa untuk mengatur kehidupan saya sendiri dan tugas orang tua untuk menyekolahkan dirasa sudah cukup. Saat sharing dengan sahabat saya itulah. Akhirnya semangat saya untuk S2 kembali terkembang. Dia mengusulkan untuk mencari beasiswa. Ternyata mata saya sudah tertutup selama itu. Padahal di luar sana kesempatan di luar sana untuk kuliah itu terbuka sangat lebar. Tinggal usaha kita saja untuk mendapatkannya. Bahkan kalau ada orang yang memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan hanya untuk alasan ketersediaan biaya. Menurut saya itu alasan yang klasik. Karena di jaman informasi yang berkembang pesat seperti saat ini semua permasalahan tersebut pasti bisa diatasi. Tinggal kita punyai kemampuan dan kemauan atau tidak. 
Akhirnya dengan niat sekuat baja saya dan sahabat saya itu berhasil mendapatkan bantuan dana beasiswa untuk melanjutkan kuliah kami. Bahkan sahabat saya yang mendapatkan beasiswa di UNPAD merasa belum cukup puas dengan apa yang diperolehnya. Karena impian dia selama ini adalah untuk kuliah di ITB. Untuk itu dia mengambil kuliah di dua universitas tersebut secara pararel. Subhanallah....sepertinya mantera Man Jadda Wajada memang tidak berlebihan. Karena Allah pun akan melihat kesungguhan dari hambanya yang berusaha. Walaupun saat itu kondisinya untuk kuliah di ITB, sahabat saya itu belum mendapatkan beasiswa.Tapi ingat selalu bahwa setiap ada kemauan disitu pasti ada jalan. Tidak lama setelah mulai perkuliahan teman saya tersebut mendapat bantuan beasiswa juga untuk keduanya. Dan kami masih punya banyak mimpi saat ini yaitu untuk menginjakkan kaki di benua Eropa. Bahkan karena begitu kuatnya keinginan teman saya itu, dia berusaha untuk mencari berbagai kemungkinan untuk pergi ke Eropa. Gagal di kesempatan untuk double degree, lanjut dengan kesempatan student exchange, dan mencoba juga pertukaran pelajar antar negara. Akhirnya berkat kesungguhannya, sebentar lagi mimpinya akan terwujud. Dia mendapat kesempatan untuk melakukan student exchange ke Belgia selama 9 bulan. Subhanallah...Semoga tidak lama lagi saya juga bisa menyusul dia ke Eropa. "Sahabatku kita reuni di Eropa ya." 
Europe

Semoga apa yang saya tulis bisa menginspirasi teman-teman pembaca. Ingatlah bahwa kita punya mimpi dan jangan biarkan mimpi itu hanya akan menjadi sebuah mimpi. Do'akan saya juga ya semoga bisa mewujudkan semua mimpi-mimpi saya juga.